Terima kasih anda telah mengunjungi blog ini, blog yang berisikan tentang ilmu geologi. Blog ini tak hanya ditujukan untuk geologist dan mahasiswa ilmu kebumian lainnya, namun blog ini juga ditujukan untuk anda yang penasaran terhadap ilmu geologi. Semoga bermanfaat!

Sabtu, 20 November 2010

APA ITU PALEONTOLOGI?

Paleontologi : ilmu yang mempelajari kehidupan purba.
Paleobotani : studi tumbuhan purba.
Paleozoologi : studi hewan purba.

Paleontologi Vertebrata : homunid (manusia purba), hewan menyusui besar (gajah, badak, sapi/kerbau, rusa dll), hewan menyusui kecil (tikus kelinci dll).

Paleontologi Invertebrata :
Protozoa
Colentarata
Echinodermata
Porifera
Bryozoa
Brachiopoda
Moluska

>Berdasarkan dari ukuran obyeknya maka dibagi 2 :

>Makropaleontologi : adalah cabang dari paleontologi (paleontobotani/paleozoologi) yang mempelajari obyek-obyek dengan ukuran relatif besar dan tidak memerlukan alat bantu mikroskop contoh : paleontologi vertebrata.
>Mikropaleontologi : cabang dari paleontologi yang khusus membahas semua organisma yang berukuran kecil (mikroskopik) sehingga pada pelaksanaannya harus mempergunakan alat bantu mikroskop. Conto : Ostracoda, Radiolaria, Diatomea, Palynology, Nannoplakton dll.

Kegunaan Paleontologi :
>Menentukan umur geologi suatu tubuh batuan permukaan maupun dibawah permukaan (sub surface).
>Korelasi.
>Lingkungan pengendapan dan studi fasies.
>Membantu untuk memecahkan problem geologi struktur , misalnya dalam menemukan ada tidaknya sesar.



Fosil adalah sisa atau jejak tumbuhan atau hewan (organik) yang terawetkan secara alamiah dan berumur lebih tua dari Holosen (10.000 tahun yang lalu).

Syarat syarat pemfosilan :
>Penguburan yang cepat dalam suatu media pelindung.
>Mempunyai bagian-bagian yang keras, seperti cangkang, rangka.
>Kondisi yang bebas dari bakteri pembusuk sehingga proses pembusukan dapat dicegah.

Faktor-faktor yang memungkinkan pembentukan fosil pada organisma yang hidup didarat :
>Terperangkap oleh batugamping tufa. Air sumber pada pegunungan gamping mengandung banyak CaCo3. Jika air ini muncul di permukaan akan mengendapkan CaCo3. Di tempat inilah organisme akan tersimpan dan terawetkan karena diselimuti oleh selaput tipis CaCo3 sehingga terhindar dari bakteri pembusukan.

>Tertutup debu vulkanis. Pada waktu terjadi erupsi maka banyak debu yang jatuh disekitar lereng-lereng gunung api. Debu ini dapat mengubur hewan maupun tumbuhan sehingga terawetkan contoh : fosil-fosil invertebrata di Jawa.

>Tertutup oleh endapan loess(endapan debu yang sangat halus yang diendapkan oleh angin). Debu ini dapat menutupi semua hewan yang mati terutama gastropoda serta invertebrata yang lain yang hidup di darat sehingga memungkinkan menjadi fosil.


Proses Pemfosilan :
>Fosil-fosil yang tidak termineralisasi
>Fosil-fosil yang termineralisasi.

Fosil-fosil yang tidak termineralisasi.
Pada kelompok ini, rongga-rongga pada cangkang fosil tidak mengalami pengisian oleh mineral. Kelompok ini terdiri dari :
>Fosil yang tidak terubah, banyak dijumpai pada batuan berumur Mesozoikum dan kenozoikum, seperti gigi ikan hiu, berbagai tulang dan cangkang moluska.
>Amber, terbentuk jika hewan atau tumbuhan terperangkap didalam getah.
>Distilasi, merupakan proses pemfosilan dimana kandungan gas dan air pada organisme menguap dan meninggalkan residu karbon (carbonaceous residue)
>Mumi, merupakan proses pemfosilan yang diakibatkan oleh kondisi yang sangat kering.
>Pemfosilan dalam aspal, prosesnya sama seperti amber tetapi yang merupakan bahan pembungkus adalah aspal.
>Pemfosilan dengan cara pembekuan. Dalam hal ini hewan yang mati tertutup serta terlindungi oleh lapisan es yang pembekuannya dengan segera.




Fosil-fosil yang termineralisasi :
Fosil yang termasuk dalam kelompok ini mengalami penambahan, pengurangan atau penggantian seluruh zat-zat penyusunnya. Kelompok ini terdiri dari : Histometabasis dan boring.

Histometabasis, merupakan istilah yang khusus digunakan untuk fosil yang terbentuk akibat proses penggantian jaringan organisme oleh mineral dengan tetap mempertahankan struktur asalnya. Histometabasis dibagi menjadi :
>Tapak (external mold) : merupakan impresi (gambaran) bagian luar yang ditinggalkan oleh organisme dalam batuan.
>Tuangan (internal mold) : adalah impresi yang terjadi karena fosil itu sendiri oleh satu dan lain hal telah lenyap dan rongga kosong di dalam lapisan tanah yang ditinggalkan oleh fosil itu diganti oleh zat lain.
>Cetakan (cast) : jenis ini terjadi terjadi jika rongga antara tapak dan tuangan terisi oleh suatu zat lain dari luar, sedangkan fosil itu sendiri oleh satu dan lain hal telah lenyap.

Boring
Merupakan liang dalam tanah yang dibuat oleh hewan seperti cacing, tikus, kerang, dan lain-lain yang bila terisi oleh batuan dapat menjadi fosil.

KLASIFIKASI
Klasifikasi diartikan sebagai suatu aturan yang mengelompokkan benda-benda dalam kategori masing-masing. Maksud dari klasifikasi adalah penyederhanaan. Dalam hal klasifikasi organisma, hal-hal yang diperhatikan adalah hubungan genetika antara yang satu dengan yang lainnya melalui taraf-taraf evolusi.


Terdapat dua macam istilah klasifikasi organisma, yaitu :

>Natural classification, adalah suatu penggolongan organisma berdasarkan pada jenis lingkungan yang ditempatinya, misalnya : lingkungan sungai, laut, rawa dll.
>Artificial classification, adalah suatu penggolongan organisma berdasarkan sifat-sifatnya (characters), seperti habitat, ukuran, penyebaran kedalaman dan geografi.

Henry Wood, pada tahun 1958 telah membahas secara praktis mengenai 9 phyla dalam klasifikasi hewan. Ke 9 phyla tersebut adalah :

Kingdom -----> Sub Kingdom
Branch -----> Sub Branch
Grade -----> Sub Grade
Phylum -----> Sub Phylum
Class -----> Sub Class
Ordo -----> Sub Ordo
Super-Family -----> Family
Genus -----> Sub Genus
Species -----> Sub Species

Dalam pembahasa paleontologi, biasanya klasifikasi dimulai dari Phylum hingga species


Nomenklatur
Organisma yang hidup atau pernah hidup (sudah menjadi fosil) pasti mempunyai nama. Nama organisma tersebutumumnya menggunakan Bahasa Latin. Bahas latin pada umumnya merupakan bahasa yang sudah dipakai dalam hal-hal ilmiah (pada saat itu) dan bahasa ini digolongkan sebagai bahasa mati, bahasa yang tidak akan mengalami perubahan.

Seorang ahli bangsa Swedia, Carl Von Linne (1707-1778), telah memperkenakan sistem Binominal Nomenclature atau sistem penamaan binominal pada organisma. Binominal nomenclatur menggunakan 2 nama pada setiap organisma, dengan pembagian :
1)Nama Pertama adalah Nama Genus, huruf pertama huruf besar, contoh : Globigerinoides.
2)Nama kedua adalah nama Species, huruf pertama huruf kecil, contoh : immaturus.

Jadi nama organisma tersebut adalah Globigerinoides immaturus.

1 komentar: